Wednesday, February 9, 2022

KHDTK Carita

 

KONDISI UMUM

               KHDTK Carita berada di kawasan hutan Gunung Aseupan. Kawasan hutan yang dipersiapkan untuk kegiatan penelitian yang dikukuhkan oleh Gubernur Hindia Belanda tahun 1915. Kemudian tahun 1938 kawasan hutan Carita ditunjuk sebagai “Recreati Ebos” dengan luas areal 94,50 ha. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian tanggal 15 Juli 1978 No. 440/Kpts/Um/7/1978 menunjuk kawasan hutan Gunung Aseupan seluas 94,50 ha tersebut terletak di Kabupaten Pandeglang sebagai Taman Wisata Alam yang dikelola oleh Perum Perhutani Unit III Jawa Barat yang diperkuat dengan Keputusan Direktorat Jenderal Kehutanan No. 133/Kpts/DJ/I/1980 dan dipertegas lagi oleh Keputusan Menteri Kehutanan No. 284/Kpts-II/1990 tanggal 26 Juli 1990 tentang Hak Pengusahaan Wisata Alam TWA Carita. Kemudian berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 190/Kpts-II/2003 tanggal 26 Agustus 2003 tentang ditetapkannya Taman Wisata Alam Carita sebagai Lapangan Dengan Tujuan Istimewa (LDTI) sekarang disebut KHDTK Carita dipakai sebagai Hutan Penelitian untuk percobaan introduksi jenis pohon dibawah pengawasan Balai Penyelidikan Kehutanan Bogor sekarang disebut Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dengan luas ± 3000 ha yang terletak di Desa Sukarame Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten . KHDTK Carita dengan luas ± 3.000 ha, semula kegunaannya untuk kegiatan penelitian, namun tahun 2010 berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.P.34/Menhut-II/2010 fungsinya dibagi menjadi 2 bagian, yaitu ± 1.590 ha berfungsi sebagai tanaman hutan rakyat (TAHURA) yang pengelolaannya dibawah Dinas Kehutanan Provinsi Banten dan ± 1.425 ha tetap menjadi KHDTK Carita untuk kegiatan penelitian yang pengelolaannya di bawah Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Bogor. 

Status Hukum, Letak dan Luas

Berdasarkan Administrasi Pemerintahan, KHDTK Carita terletak di Desa Sukarame, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten dan termasuk dalam wilayah RPH Carita BKPH Pandeglang KPH Banten Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Berdasarkan koordinat geografis, KHDTK Carita terletak pada koordinat 06o14’ – 06o18’ LS dan 105o50’ – 105o55’ BT. Batas-batas wilayah KHDTK Carita tersebut adalah sebagai berikut :

  • Disebelah Timur berbatasan dengan Desa Jaya Mekar dan Desa Citaman
  • Disebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sindang Laut
  • Disebelah Barat berbatasan dengan Desa Sukanegara dan Desa Sukarame
  • Disebelah Utara berbatasan dengan Desa Cinoyong dan TAHURA

Berdasarksn SK Menteri Kehutanan No. 290/Kpts-II/2003 tanggal 26 Agustus 2003, sebagian hutan Gn. Aseupan seluas 3000 ha ditetapkan sebagai Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK Carita) termasuk di dalamnya Lapangan Dengan Tujuan Istimewa (Hutan Penelitian Carita) dan areal Hutan Produksi Tetap dan Hutan Produksi Terbatas.

DSC07972

Adanya usulan perubahan fungsi kawasan hutan menjadi TAHURA  yang memenuhi persyaratan Kepmenhut No.P.34/Menhut-II/2010.Dengan usulan tersebut maka dilakukan pengukuran luas oleh tim terpadu sesuai dengan potensi dan kondisi hutan sesuai dengan Kepmenhut No. SK 95/Menhut-II/2011 dan ditetapkan melalui Kepmenhut No. SK 221/Menhut-II/2012 dengan hasil luasan fungsi KHDTK Carita dan TWA Carita menjadi TAHURA dengan luas ± 1.590 ha dan seluas ± 1.425 ha tetap menjadi KHDTK Carita.

Namun berdasarkan hasil olah pemetaan, KHDTK Carita memiliki luas sebesar ± 1.443,48 ha. Hal ini perlu ditindak lanjut dan dikoreksi kembali oleh pihak yang berkompeten yaitu Badan Planologi Kehutanan.

Iklim

Berdasarkan klasifikasi Schmidtdan Ferguson,tipe curah hujan di wilayah KHDTK Carita adalah tipe A. Suhu berkisar antara 23oC sampai 32oC.Curah hujan rata-rata tahunan sebesar 3,950 mm. Kelembaban nisbi rata-rata berkisar antara 77% sampai 85%. Curah hujan di kecamatan carita rata-rata tahunan berkisar 226,42 mm

Jenis Tanah

            Jenis tanah di kawasan KHDTK Carita adalah aluvial kelabu dengan bahan induk endapan liat. Secara umum sifat fisik tanah aluvial adalah tekstur liat, struktur pejal, konsistensi teguh (lembab), plastis (basah), keras (kering) tanpa batas horizon, warna kelabu hingga cokelat, tanpa solum sampai bersolum sedang. Sedangkan sifat kimianya adalah bahan organik rendah, kejenuhan basa sedang hingga tinggi, adaptasi tinggi, kemasaman bervariasi dan permeabilitasnya rendah

Topografi

Secara mikro keadaan topografi KHDTK Carita landai sampai sedang (10-35%) dan terletak pada ketinggian sampai 100 m diatas permukaan laut serta sebagian lagi diatas 100 m dari permukaan laut.

Sarana dan Prasarana

KHDTK Carita memiliki rumah dinas dan mess atau guest house yang cukup strategis dengan letaknya yang dekat dengan pantai carita sehingga memudahkan dalam aksesibilitas maupun untuk pembangunan sarana dan prasarana.

Jenis sarana dan prasarana yang ada di areal KHDTK Carita antara lain:

  • Sarana pengamanan kawasan antara lain kendaraan operasional
  • Sarana perkantoran berupa rumah dinas sekaligus tempat istirahat tamu (guest house)
  • Jalan-jalan pengawasan, baik yang belum maupun yang sudah diperkera 
     

Flora dan Fauna

KHDTK Carita terdiri dari kawasan hutan lindung, hutan produksi terbatas, dan hutan produksi tetap yang dikhususkan untuk tujuan penelitian. Hutan lindung termasuk ke dalam hutan hujan dataran rendah terdiri dari jenis vegetasi antara lain: bayur (Pterospermum javanicum), kihujan (Engelhardia rigida), merbau (Instiabijuga), bungur (Lagerstroemia speciosa), beringin (Ficus sp.), palahlar/keruing (Dipterocarpus haseltii), kipela (Aphanamixissp.), pulai (Alstonia scholaris), salam (Syzygium polyanthum), dan teureup (Artocarpus indicus).

Jenis vegetasi yang terdapat pada bekas hutan produksi adalah jenis hutan tanaman terdiri dari: mahoni (Swietenia macrophylla), jati (Tectona grandis), ketapang (Terminaliacatappa), melinjo (Gnetum gnemon), mindi (Melia azedarach), dan meranti (Shorea spp.). Kelompok jenis pohon asing yang terdapat di kawasan KHDTK Carita terdiri dari Araucaria cunninghamii (asal Australia), Lagerstroemia duperiana (asal Vietnam), Hopea odorata (asal India), dan Maesopsis eminii (asal Amerika). Pada kawasan hutan penelitian (50 Ha) terdapat 96 spesies pohon dengan jumlah individu sebanyak 4.599 pohon.

Pada tahun 1993 Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, melakukan pendataan tentang jenis-jenis tanaman yang ada di KHDTK Carita yang pada saat itu disebut sebagai kebun percobaan carita. Pendataan ini dilakukan di petakCarita I  dan Carita II, tanaman yang ditanam pada saat itu diantaranya adalah jenis tanaman Dipterocarpaceae, Meliaceae, Podocarpaceae, Sterculiaceae, Myrtaceae, Araucariaceae dan lainnya.

Fauna/satwaliar yang terdapat di KHDTK Carita terdiri dari 24 jenis dari kelas mamalia, 82 jenis dari kelas burung / aves, dan 5 jenis dari kelas reptil. Data jenis tersebut berdasarkan perjumpaan langsung, perjumpaan tidak langsung, informasi dari petugas atau masyarakat, dan data sekunder yang ada. Beberapa jenis satwaliar yang terdapat di KHDTK Carita termasuk jenis dilindungi berdasarkan PP RI No. 7 tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa. Selain itu, berdasarkan status keterancamannya satwaliar yang ada juga terdaftar dalam Red List IUCN dan CITES.

 

Sumber 

http://puslitbanghut.or.id/index.php/page/khdtk-carita 

https://nebulasolution.net/khdtk/homepage/page/Carita

Tuesday, February 8, 2022

Taman Nasional Ujung Kulon - Banten Pandenglang

          Taman Nasional Ujung Kulon adalah sebuah Kawasan Taman Nasional yang terletak di ujung paling barat pulau Jawa. merupakan salah satu dari 21 Taman Nasional Model yang ada di Indonesia. Taman Nasional Ujung Kulon didirikan pada 26 Februari 1992 terletak di Kecamatan Sumur dan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten yang menggabungkan perubahan fungsi beberapa cagar alam serta penunjukan perairan laut di sekitarnya.Tepatnya di kecamatan Sumur dan Cimanggu kabupaten Pandeglang provinsi Banten. Luas Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon adalah 122.956 Ha, dan 44.337 Ha dari keseluruhan luas Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon merupakan perairan. 

 


Pada 1 Februari 1992, Komisi Warisan Dunia UNESCO menetapkan Taman Nasional Ujung Kulon sebagai Natural World Heritage Site. Taman Nasional Ujung Kulon juga merupakan rumah bagi Badak Jawa yang sangat terkenal dan terancam punah. 
 
Dengan luas area yang mencapai 122.956 Ha, Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon menjadi taman nasional sekaligus tempat wisata alam yang sangat luas dan menarik untuk dijelajahi. Di Kawasan Taman Wisata Ujung Kulon, anda akan dimanjakan dengan pemandangan alam yang memuaskan mata.

Alamnya yang terjaga, vegetasi yang tumbuh dengan bebas serta pantainya yang indah membuat anda akan melupakan kepenatan aktifitas sehari-hari. Di beberapa wilayah, anda bahkan dapat melihat satwa-satwa liar yang hidup dengan bebas.

Beberapa wilayah yang biasa dikunjungi oleh wisatawan di Kawasan Nasional Ujung Kulon adalah Gunung Honje, Semenanjung Ujung Kulon, Pulau Peucang, Pulau Handeleum dan Pulau Panaitan. 
Gunung Honje, merupakan salah satu wilayah Taman Nasional Ujung Kulon yang dikelilingi 19 desa penyangga, baik yang berbatasan langsung maupun tidak. Salah satu desa yang menjadi gerbang masuk adalah Desa Tamanjaya.Hindari Risiko Erupsi Krakatau, Badak Jawa akan Dipindah dari Ujung Kulon |  kumparan.com

Objek yang terdapat disekitar Tamanjaya antara lain Desa Nelayan Cibanua, Curug Cipaniis, Sumber Pemandian Air Panas Cibiuk, dan Curug Cikacang sebagai tempat wild life viewing Owa Jawa yang merupakan satwa endemik.
 
Wilayah Semenanjung Ujung Kulon merupakan habitat Badak Jawa, sehingga pengelolaan wisata untuk wilayah ini sangat terbatas sekali agar tidak mengganggu habitat Badak Jawa. Wisata yang dapat dilakukan di wilayah ini adalah tracking, berkemah dan wild life viewing.

Pulau Peucang merupakan wilayah yang paling banyak dikunjungi wisatawan. Hamparan pasir putihnya yang luas membentang serta perairannya yang jernih menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang. Di pulau ini anda dapat berenang, snorkeling atau menyebrang ke padang penggembalaan Cidaon dan melakukan wildlife viewing.
Pulau handeleum terletak di antara gugusan pulau-pulau kecil di ujung timur laut Semenanjung Ujung Kulon. Di pulau ini anda dapat melakukan bersampan sepanjang Sungai Ciganter sambil melihat tipe hutan hujan tropis sepanjang sungai. Pada bagian hulu sungai terdapat rute jalan setapak yang melintasi tumbuhan bambu menuju air terjun bertingkat.
 
Ujung Kulon Ditargetkan Jadi Geopark Nasional November 2019

Berhati-hati di pulau ini karena di pulau ini merupakan tempat bagi satwa rusa dan ular python. Wisata lainnya yaitu Pulau Panaitan yang terletak di paling barat Semenanjung Ujung Kulon. Perbukitan Panaitan terbentuk dengan kombinasi vegetasi mangrove, hutan pantai dan hutan hujan dataran rendah.
 
Hutan yang masih asli tersebut dihuni oleh berbagai satwa liar seperti rusa, kancil, babi hutan, kera ekor panjang, buaya, kadal, ular dan aneka jenis burung. Anda harus sedikit berhati-hati karena beberapa binatang buas terdapat di Pulau Panaitan. Anda juga dapat melakukan snorkeling atau berselancar di Pulau Panaitan.
Biaya masuk Kawasan Nasional Ujung Kulon cukup murah, anda cukup membayar Rp 5.000/orang pada hari libur atau Rp 7.500/orang pada akhir pekan. Harga tersebut dapat menjadi lebih murah jika anda datang dengan rombongan.
 




SUMBER :
 
https://dispar.bantenprov.go.id/Destinasi/topic/12
https://indonesiabaik.id/infografis/taman-nasional-ujung-kulon-tak-sekedar-suaka-badak-jawa

Gunung Aseupan Pandeglang Banten

 

Nama Pandeglang mungkin tidak populer di kalangan traveler. Padahal, Pandeglang punya beberapa destinasi wisata menarik seperti Gunung Aseupan.

Pandeglang adalah sebuah kabupaten di Banten. Wilayahnya cukup luas, bahkan sampai mencakup ke Taman Nasional Ujung Kulon. Nah, bagi traveler khususnya pendaki gunung, pernah dengar Gunung Aseupan di Pandeglang?

Baca artikel detikTravel, "Pandeglang dan Gunung Aseupan yang Bernuansa Mistis" selengkapnya https://travel.detik.com/domestic-destination/d-4741116/pandeglang-dan-gunung-aseupan-yang-bernuansa-mistis.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

Gunung Aseupan merupakan salah satu destinasi wisata pendakian di wilayah Banten. Meskipun tidak begitu tinggi yakni hanya berketinggian 1.174 mdpl, namun treknya cukup menguras tenaga.

Gunung Aseupan bukan gunung api, namun letaknya berdekatan dengan gunung api yang cukup terkenal di Banten, yakni Gunung Pulosari. Selain itu juga ada Gunung Karang di sebelahnya lagi.

GUNUNG ASEUPAN JANJIKAN PETUALANGAN YANG TAK TERLUPAKAN - Bantensite

Bahkan, informasinya cukup minim internet. Informasi mengenai Gunung Aseupan juga kebanyakan mencakup hal-hal yang bernuansa mistis!

Beberapa pendaki yang pernah ke sana mengaku sering merasa diawasi. Bahkan kabarnya, sering terlihat orang-orang lalu-lalang, padahal sebenarnya tidak ada penduduk desa di sana.

Pendaki pun diminta tidak berucap dan berpikir yang buruk-buruk selama di Gunung Aseupan. Satu hal yang harus diingat pendaki adalah tidak boleh mengonsumsi langsung makanan dari tempat memasak selama di gunung tersebut. Entah apa alasannya.

Jika kamu dari Jakarta, perjalanan ke Gunung Aseupan bisa ditempuh dengan naik kereta menuju Rangkas Bitung. Kemudian, naik angkutan umum menuju Desa Sikulan.

Di Desa Sikulan, pendaki bisa mengurus perizinan mendaki Gunung Aseupan kepada kepala desa dan kepala lurah setempat. Asal tahu saja, Gunung Aseupan sendiri belum dikelola sebagai tempat wisata dan masih alami.

Baca artikel detikTravel, "Pandeglang dan Gunung Aseupan yang Bernuansa Mistis" selengkapnya https://travel.detik.com/domestic-destination/d-4741116/pandeglang-dan-gunung-aseupan-yang-bernuansa-mistis.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/
Bahkan, informasinya cukup minim internet. Informasi mengenai Gunung Aseupan juga kebanyakan mencakup hal-hal yang bernuansa mistis!

Beberapa pendaki yang pernah ke sana mengaku sering merasa diawasi. Bahkan kabarnya, sering terlihat orang-orang lalu-lalang, padahal sebenarnya tidak ada penduduk desa di sana.

Pendaki pun diminta tidak berucap dan berpikir yang buruk-buruk selama di Gunung Aseupan. Satu hal yang harus diingat pendaki adalah tidak boleh mengonsumsi langsung makanan dari tempat memasak selama di gunung tersebut. Entah apa alasannya.

Jika kamu dari Jakarta, perjalanan ke Gunung Aseupan bisa ditempuh dengan naik kereta menuju Rangkas Bitung. Kemudian, naik angkutan umum menuju Desa Sikulan.

Di Desa Sikulan, pendaki bisa mengurus perizinan mendaki Gunung Aseupan kepada kepala desa dan kepala lurah setempat. Asal tahu saja, Gunung Aseupan sendiri belum dikelola sebagai tempat wisata dan masih alami.

Baca artikel detikTravel, "Pandeglang dan Gunung Aseupan yang Bernuansa Mistis" selengkapnya https://travel.detik.com/domestic-destination/d-4741116/pandeglang-dan-gunung-aseupan-yang-bernuansa-mistis.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/
Bahkan, informasinya cukup minim internet. Informasi mengenai Gunung Aseupan juga kebanyakan mencakup hal-hal yang bernuansa mistis!

Beberapa pendaki yang pernah ke sana mengaku sering merasa diawasi. Bahkan kabarnya, sering terlihat orang-orang lalu-lalang, padahal sebenarnya tidak ada penduduk desa di sana.

Pendaki pun diminta tidak berucap dan berpikir yang buruk-buruk selama di Gunung Aseupan. Satu hal yang harus diingat pendaki adalah tidak boleh mengonsumsi langsung makanan dari tempat memasak selama di gunung tersebut. Entah apa alasannya.

Jika kamu dari Jakarta, perjalanan ke Gunung Aseupan bisa ditempuh dengan naik kereta menuju Rangkas Bitung. Kemudian, naik angkutan umum menuju Desa Sikulan.

Di Desa Sikulan, pendaki bisa mengurus perizinan mendaki Gunung Aseupan kepada kepala desa dan kepala lurah setempat. Asal tahu saja, Gunung Aseupan sendiri belum dikelola sebagai tempat wisata dan masih alami.

Baca artikel detikTravel, "Pandeglang dan Gunung Aseupan yang Bernuansa Mistis" selengkapnya https://travel.detik.com/domestic-destination/d-4741116/pandeglang-dan-gunung-aseupan-yang-bernuansa-mistis.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

Beberapa pendaki yang pernah ke sana mengaku sering merasa diawasi. Bahkan kabarnya, sering terlihat orang-orang lalu-lalang, padahal sebenarnya tidak ada penduduk desa di sana.

Pendaki pun diminta tidak berucap dan berpikir yang buruk-buruk selama di Gunung Aseupan. Satu hal yang harus diingat pendaki adalah tidak boleh mengonsumsi langsung makanan dari tempat memasak selama di gunung tersebut. Entah apa alasannya.

Jika kamu dari Jakarta, perjalanan ke Gunung Aseupan bisa ditempuh dengan naik kereta menuju Rangkas Bitung. Kemudian, naik angkutan umum menuju Desa Sikulan.

Di Desa Sikulan, pendaki bisa mengurus perizinan mendaki Gunung Aseupan kepada kepala desa dan kepala lurah setempat. Asal tahu saja, Gunung Aseupan sendiri belum dikelola sebagai tempat wisata dan masih alam

mtaseupan Instagram posts (photos and videos) - Picuki.com

Beberapa pendaki yang pernah ke sana mengaku sering merasa diawasi. Bahkan kabarnya, sering terlihat orang-orang lalu-lalang, padahal sebenarnya tidak ada penduduk desa di sana.

Pendaki pun diminta tidak berucap dan berpikir yang buruk-buruk selama di Gunung Aseupan. Satu hal yang harus diingat pendaki adalah tidak boleh mengonsumsi langsung makanan dari tempat memasak selama di gunung tersebut. Entah apa alasannya.

Baca artikel detikTravel, "Pandeglang dan Gunung Aseupan yang Bernuansa Mistis" selengkapnya https://travel.detik.com/domestic-destination/d-4741116/pandeglang-dan-gunung-aseupan-yang-bernuansa-mistis.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/
Beberapa pendaki yang pernah ke sana mengaku sering merasa diawasi. Bahkan kabarnya, sering terlihat orang-orang lalu-lalang, padahal sebenarnya tidak ada penduduk desa di sana.

Pendaki pun diminta tidak berucap dan berpikir yang buruk-buruk selama di Gunung Aseupan. Satu hal yang harus diingat pendaki adalah tidak boleh mengonsumsi langsung makanan dari tempat memasak selama di gunung tersebut. Entah apa alasannya.

Baca artikel detikTravel, "Pandeglang dan Gunung Aseupan yang Bernuansa Mistis" selengkapnya https://travel.detik.com/domestic-destination/d-4741116/pandeglang-dan-gunung-aseupan-yang-bernuansa-mistis.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/
Bahkan, informasinya cukup minim internet. Informasi mengenai Gunung Aseupan juga kebanyakan mencakup hal-hal yang bernuansa mistis!

Beberapa pendaki yang pernah ke sana mengaku sering merasa diawasi. Bahkan kabarnya, sering terlihat orang-orang lalu-lalang, padahal sebenarnya tidak ada penduduk desa di sana.

Pendaki pun diminta tidak berucap dan berpikir yang buruk-buruk selama di Gunung Aseupan. Satu hal yang harus diingat pendaki adalah tidak boleh mengonsumsi langsung makanan dari tempat memasak selama di gunung tersebut. Entah apa alasannya.

Jika kamu dari Jakarta, perjalanan ke Gunung Aseupan bisa ditempuh dengan naik kereta menuju Rangkas Bitung. Kemudian, naik angkutan umum menuju Desa Sikulan.

Di Desa Sikulan, pendaki bisa mengurus perizinan mendaki Gunung Aseupan kepada kepala desa dan kepala lurah setempat. Asal tahu saja, Gunung Aseupan sendiri belum dikelola sebagai tempat wisata dan masih alami.

Baca artikel detikTravel, "Pandeglang dan Gunung Aseupan yang Bernuansa Mistis" selengkapnya https://travel.detik.com/domestic-destination/d-4741116/pandeglang-dan-gunung-aseupan-yang-bernuansa-mistis.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/
Bahkan, informasinya cukup minim internet. Informasi mengenai Gunung Aseupan juga kebanyakan mencakup hal-hal yang bernuansa mistis!

Beberapa pendaki yang pernah ke sana mengaku sering merasa diawasi. Bahkan kabarnya, sering terlihat orang-orang lalu-lalang, padahal sebenarnya tidak ada penduduk desa di sana.

Pendaki pun diminta tidak berucap dan berpikir yang buruk-buruk selama di Gunung Aseupan. Satu hal yang harus diingat pendaki adalah tidak boleh mengonsumsi langsung makanan dari tempat memasak selama di gunung tersebut. Entah apa alasannya.

Jika kamu dari Jakarta, perjalanan ke Gunung Aseupan bisa ditempuh dengan naik kereta menuju Rangkas Bitung. Kemudian, naik angkutan umum menuju Desa Sikulan.

Di Desa Sikulan, pendaki bisa mengurus perizinan mendaki Gunung Aseupan kepada kepala desa dan kepala lurah setempat. Asal tahu saja, Gunung Aseupan sendiri belum dikelola sebagai tempat wisata dan masih alami.

Baca artikel detikTravel, "Pandeglang dan Gunung Aseupan yang Bernuansa Mistis" selengkapnya https://travel.detik.com/domestic-destination/d-4741116/pandeglang-dan-gunung-aseupan-yang-bernuansa-mistis.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/
ahkan, informasinya cukup minim internet. Informasi mengenai Gunung Aseupan juga kebanyakan mencakup hal-hal yang bernuansa mistis!

Beberapa pendaki yang pernah ke sana mengaku sering merasa diawasi. Bahkan kabarnya, sering terlihat orang-orang lalu-lalang, padahal sebenarnya tidak ada penduduk desa di sana.

Pendaki pun diminta tidak berucap dan berpikir yang buruk-buruk selama di Gunung Aseupan. Satu hal yang harus diingat pendaki adalah tidak boleh mengonsumsi langsung makanan dari tempat memasak selama di gunung tersebut. Entah apa alasannya.

Jika kamu dari Jakarta, perjalanan ke Gunung Aseupan bisa ditempuh dengan naik kereta menuju Rangkas Bitung. Kemudian, naik angkutan umum menuju Desa Sikulan.

Di Desa Sikulan, pendaki bisa mengurus perizinan mendaki Gunung Aseupan kepada kepala desa dan kepala lurah setempat. Asal tahu saja, Gunung Aseupan sendiri belum dikelola sebagai tempat wisata dan masih alami.

Baca artikel detikTravel, "Pandeglang dan Gunung Aseupan yang Bernuansa Mistis" selengkapnya https://travel.detik.com/domestic-destination/d-4741116/pandeglang-dan-gunung-aseupan-yang-bernuansa-mistis.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

Nama Aseupan adalah istilah dalam bahasa Sunda yang artinya adalah “anyaman bambu yang berbentuk kerucut”. Anyaman bambu ini digunakan untuk menanak beras hingga menjadi nasi. Jika dilihat dari jauh memang sepintas terlihat kerucut pada puncak Gunung Aseupan. Mungkin dari situ muncul ide memberi nama Aseupan atau anyaman bambu kerucut.

Jalur pendakian Gunung Aseupan ada dua, namun yang dibuka dan sering digunakan hanya satu saja yakni jalur pendakian Aseupan via Sikulan. Jalur Sikulan ini yang mengarah pada puncak tertingginya. Sebagai informasi, puncak Gunung Aseupan tidak hanya satu. Melainkan ada beberapa, karena bentuknya melebar.

Jalur lain bisa kita temui di sisi selatan gunung. Yakni jalur Ulun Jaya.

Dari puncak gunungnya, terhampar panorama desa-desa di sekitar Gunung Aseupan. Bagi para pendaki, mendaki gunung yang jarang didaki akan jadi kepuasan tersendiri.

Bonus dari pendakian di Gunung Aseupan adalah kamu bisa melihat tanaman kantong semar. Itu bisa ditemui di ketinggian antara 1.000-1.100 mdpl.
 

 

 


 Sumber :

  •  https://travel.detik.com/domestic-destination/d-4741116/pandeglang-dan-gunung-aseupan-yang-bernuansa-mistis 
  • https://www.matain.id/article/2019/1010/pandeglang-dan-gunung-aseupan-yang-bernuansa-mistis.html
  • https://bisnisbanten.com/track-baru-aseupan-lebih-landai-namun-tetap-menakjubkan/

Sunday, February 6, 2022

Gunung Gede Pangrango

 Gunung Gede Pangrango adalah salah satu gunung di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Barat. Gunung Gede Pangrango merupakan salah satu taman nasional dan kawasan yang dilindungi oleh pemerintah Jawa Barat.

Gunung Gede Pangrango adalah salah satu gunung yang memiliki status aktif namun masih dalam level normal, tercatat status pangrango aktif sejak tahun 1957. Gunung gede pangrango pertama kali meletus pada tahun 1747/1748, letusan yang menyebabkan 2 aliran lava bergerak dari Kawah Lanang.

Aliran lava yang mengalir sejauh 2 km ini membentuk jalur sumber air panas yang sekarang bisa dinikmati sebagai objek wisata.

Sejarah Gunung Gede Pangrango Terlengkap - Cerita Pendaki Gunung | Kumpulan  Cerita Pendaki Nyata

Seratus tahun setelah ledakan pertama, tepatnya pada tanggal 12 November 1840 terjadi ledakan kedua. Ledakan kedua diiringi dengan guncangan dahsyat dan semburan api setinggi 50 meter di atas kawah.

Ledakan susulan terjadi pada tanggal 1 Desember 1840, kali ini tidak hanya api yang disemburkan oleh dapur gunung gede pangrango, batu disertai hujan abu setinggi 200 meter disemburkan dari puncak gunung gede.

 Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) adalah salah satu taman nasional yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Ditetapkan pada tahun 1980, taman nasional ini merupakan salah satu yang tertua di Indonesia. TN Gunung Gede Pangrango terutama didirikan untuk melindungi dan mengkonservasi ekosistem dan flora pegunungan yang cantik di Jawa Barat. Dengan luas 24.270,80 hektare, wilayahnya terutama mencakup dua puncak gunung Gede dan Pangrango beserta tutupan hutan pegunungan di sekelilingnya. 

Kawasan Gunung Gede dan Gunung Pangrango sesungguhnya telah dikenal lama dalam dongeng dan legenda tanah Sunda. Salah satunya, naskah perjalanan Bujangga Manik dari sekitar abad-13 telah menyebut-nyebut tempat bernama Puncak dan Bukit Ageung (yakni, Gunung Gede) yang disebutnya sebagai "..hulu wano na Pakuan" (tempat yang tertinggi di Pakuan).Agaknya, pada masa itu telah ada jalan kuno antara Bogor (d/h Pakuan) dengan Cianjur, yang melintasi lereng utara G. Gede di sekitar Cipanas sekarang.

Pada masa penjajahan Belanda wilayah yang subur ini kemudian tumbuh menjadi area pertanian, terutama perkebunan. Sedini tahun 1728 teh Jepang telah mulai ditanam, dan pada 1835 perkebunan teh ini telah dikembangkan di Ciawi dan Cikopo. Menyusul pada 1878 dikembangkan teh Assam, yang terlebih sukses lagi, sehingga mengubah lansekap dan perekonomian di seputar lereng Gede-Pangrango.

Kawasan Gede-Pangrango juga dikenal sebagai salah satu tempat favorit dan tertua, bagi penelitian-penelitian tentang alam di Indonesia. Menurut catatan modern, orang pertama yang menginjakkan kaki di puncak Gede adalah Reinwardt, pendiri dan direktur pertama Kebun Raya Bogor, yang mendaki G. Gede pada April 1819. Ia meneliti dan menulis deskripsi vegetasi di bagian gunung yang lebih tinggi hingga ke puncak. Reinwardt sebetulnya juga menyebutkan, bahwa Horsfield telah mendaki gunung ini lebih dahulu daripadanya; akan tetapi catatan perjalanan Horsfield ini tidak dapat ditemukan.

Sebagaimana namanya, taman nasional ini memiliki dua puncak kembar, yakni puncak Gede (2.958 m dpl) dan puncak Pangrango (3.019 m dpl). Kedua puncak itu dihubungkan oleh gigir gunung serupa sadel pada ketinggian lk 2.400 m dpl, yang dikenal sebagai daerah Kandang Badak. Gunung Pangrango yang lebih tinggi, memiliki kerucut puncak yang relatif mulus, tipikal gunung yang masih relatif muda usianya. Gunung Gede lebih rendah, namun lebih aktif, dengan empat kawah yang masih aktif yaitu Kawah Ratu, Kawah Wadon, Kawah Lanang, dan Kawah Baru.[2]

Titik puncak Gunung Gede terletak di atas tebing atau gigir kawah yang baru, namun gigir ini tak lagi utuh karena telah dihancurkan oleh letusan volkanik yang terjadi berulang kali. Gigir yang lebih tua adalah punggung gunung yang dikenal sebagai Gunung Gumuruh (2.929 m dpl); kawah-kawah dan puncak Gunung Gede yang sekarang terletak pada bekas kawah Gunung Gumuruh lama yang telah punah. Di antara gigir Gunung Gede dan gigir Gunung Gumuruh itulah terletak lembah dataran tinggi bernama Alun-alun Suryakancana (2.750 m dpl), yang penuh tertutupi oleh rumpun edelweis jawa yang cantik.

 Sejarah Gunung Gede Pangrango dan Makhluk Gaib di Sana

 

      Sumber :

  1.  https://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Nasional_Gunung_Gede_Pangrango 
  2. https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Gede

 

 

Gunung Papandayan Garut

 

 Berdasarkan catatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, terdapat tiga tipe gunung api aktif di Indonesia yang dikelompokkan berdasarkan sejarah letusannya, yaitu tipe A, tipe B, dan tipe C. Pengelompokan tersebut hanya berdasarkan pernah dan tidaknya gunung api tersebut meletus sejak tahun 1600, sehingga tidak memberi keterangan jelas tentang ancaman bahaya dan karakteristik gunung api (Pratomo, 2006). Walaupun demikian, penggolongan gunung api ini berguna untuk merancang manajemen bencana. Menelisik 3 Pesona Gunung Papandayan yang Eksotis - Manusia Lembah

Dalam artikel ini, akan dibahas mengenai salah satu gunung api aktif tipe A di Indonesia, yaitu Gunung Papandayan. Terletak di Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Gunung Papandayan ini memiliki tinggi sekitar 2.665 mdpl. Gunung yang termasuk ke dalam gunung api tipe A ini pernah mengalami erupsi setelah tahun 1600, tepatnya pada tahun 1772, 1923, 1942, dan 2002. Beberapa peristiwa tersebut menunjukkan bahwa aktivitas vulkanisme Gunung Papandayan cukup aktif.

Saat Indonesia masih di bawah bayang-bayang kolonialisme Belanda, tepatnya di tahun 1772, Gunung Papandayan mengeluarkan isinya. Hal ini juga tercatat dalam arsip Belanda. Tidak hanya itu, peristiwa ini juga pernah disebutkan oleh Thomas Stamford Raffles dalam buku The History of Java dan dalam buku The Malay Archipelago milik Alfred Russel Wallace. Keduanya sama-sama membahas dampak dari letusan gunung api terhadap kesuburan tanah di sekitar gunung-gunung tersebut.

Setiap gunung yang berada di indonesia memiliki sejarah serta cerita legenda yang berbeda-beda didalmnya. Penamaan suatu gunung akan membuat kita penasaran apa yang melatarbelakangi penamann suatu gunung karena biasanya masyarakat sekitar sering kali mengkaitannya dengan hal-hal berbau mistis dan hal-hal gaib lainnya. Kebiasaan dan kebudayaan Bangsa Indonesia sngat unik. Sama halnya dengan Gunung Papandayan, gunung api starto 2 yang memiliki ketinggian sekitar 2665 ini memiliki sejarah penamann gunung dengan mitos yang unik sekaligus menarik untuk diketahui

Nama merupakan sebutan atau label yang diberikan kepada benda, manusia, tempat, produk (misalnya merek produk) dan bahkan gagasan atau konsep, yang biasanya digunakan untuk membedakan satu sama lain. Nama dapat dipakai untuk mengenali sekelompok atau hanya sebuah benda dalam konteks yang unik mapun yang diberikan. itulah penjelasn nama menurut Wikipedia.

Banyak diantara kita tidak tahu tentang sejarah dan asal-usul penaman dari Gunung Papandayan. Bahkan untuk penduduk yang tinggal disekitar kaki Gunung Papandayan juga belum tentu mengetahui tentang sejarah Penamaan Gunung Papandayan. Minimnya informasi tentang semua hal yang berkaitan dengan Gunung Papandayan membuat team dari Info Paguci menulis informasi tentang sejarah penaman Gunung Papandayan dalam postingan ini.

Sejarah atau asal-usul penaman Gunung Papandayan bemula dari sekelempok masyarakat yang mendengar suara gaib pada saat melintasi Gunung Papandayan. Suara yang didengar oleh sekelompok masyarakat itu terdengar seperti suara besi yang dpukul. Suara yang sama seperti seorang tukang pandai besi yang sedang membuat suatu perkakas seperti pisau, golok dan lain-lain.

Sebelumnya mereka mengira suara itu suara dari mahluk ghaib, usut punya usut ternyata suara itu berasal dari kawah Gunung Papandayan. Karena suara yang keluar dari dalam Kawah Gunung Papandayan berbunyi seperti suara di tempat kerja pandai besi maka gunung ini diberi nama Gunung Papandayan. Gunung Papandayan: 6 Pesona Alam Pendakian di Gunung Papandayan

Papandayan diambil dari bahasa Sunda “Panday” yang artinya orang yang bekerja sebagai pandai besi. Benar atau tidaknya sejarah ini belum bisa dipastikan karena tidak ada yang menjelaskan secara rinci. Terlepas dari semua itu, inilah cerita yang berkembang di masyarakat sekitar kaki Gunung Papandayan. Sejak jaman Kolonial Belanda hingga saat ini, Gunung Papandayan masih menyandang status Gunung Api aktif yang kawahnya menyemburkan asap panas dan membuat lubang semburan baru seiring berjalannya waktu.

 

 

Kelahiran Badak Sumatra di Taman Nasional Way kambas

Seekor anak Badak sumatera berkelamin jantan telah lahir di Suaka Rhino Sumatera (SRS) - Taman Nasional Way Kambas pada hari Sabtu tanggal 2...